Saturday 4 August 2018

[Question Diary] What's your number 1 goal in life?

It's august now.

Aku selalu sebut bulan agustus sebagai bulanku. Bulan ini selalu jadi bulan yang spesial setiap tahunnya. Karena untuk pertama kalinya Allah tunjukkan dunia kepadaku di bulan agustus.


My next question for question diary is . . .


What's your number 1 goal in life?

I dont have an exact goal in my life. I have been wondering this for a while. And then that time of my life came unannounced. Yeah, that time when I felt so depressed about everything. Then I realized, that what I need in life is only

a happiness . . .

That's what truely important for me at that time, and maybe for many years ahead.

People said everything changes when something happened.

Whether it's you who changed, or your view about life. 

That's true for me. 

I never know that happiness will be this important for my life.

I always think that money, carier, or soulmate is the one we should pursue in life. 

Not knowing that I have to be happy first before I get that money, carier, soulmate or anything.

So that I can appreciate those money when I get it. 

So that I can take a good care of my carier.

So that I can make him happy someday.

And finding that happiness isn't an easy thing when you're an INFP.  

It doesn't mean that an INFP is hard type of personality to be happy. It's just that I think too much to have a relaxing time and keep on blaming myself.

But I'm trying.

I'm still trying now. 

I have that little happiness.

It's not as little as you think.

I thin my current happiness is big and small at the same time.

Big for someone to see, and  small to me because I want to  build another happiness inside of me.

I hope that I get that happiness wherever I go and whatever decision I make. 






Saturday 28 July 2018

[Question Diary] What makes you immediately dislike a person?

It's been a year since I wrote the last answer of Question Diary. Padahal aku sudah berjanji akan lebih rajin menulis. Nyatanya tidak semua rencana berjalan seperti yang aku inginkan.

Mungkin sedikit saja aku ceritakan kabarku setahun ini.

Semuanya membaik. Semua yang kukhawatirkan sudah membaik. Mungkin tidak seluruh keresahan hilang. Tapi 'membaik' adalah kata yang cukup bagus untuk sebuah kabar kan? Aku harap begitu.

Dan kali ini aku akan menjawab pertanyaan dari Question Diary yang kedua. Seharusnya aku sudah menjawabnya sejak dulu. Rencana untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini setiap hari gagal dengan jarak yang cukup jauh antara tulisan perdana dan pertanyaan keduaku. Tapi tidak apa-apa, yang terpenting adalah aku mau memulainya lagi.

What makes you immediately dislike a person?

Sejujurnya aku tidak benar-benar pernah membenci seseorang. Tapi seandainya aku benar harus menjawab pertanyaan itu, mungkin jawabanku adalah saat seseorang yang harus kubenci itu menyakiti keluargaku dengan sangat kejam. 

Alhamdulillah hal seperti ini tidak pernah terjadi. Sekalipun pernah terjadi, hal yang sudah terlanjur terjadi itu tidak bisa kukembangkan sampai menjadi-jadi dan berubah menjadi dendam. 

Dan aku harap hal yang buruk tidak terjadi sampai aku harus membenci seseorang.

Tapi kata 'dislike' mungkin lebih ke arah tidak menyukai saja menurutku, bukan benci. 

Kalau soal tidak menyukai pastilah aku pernah merasakannya. Aku berusaha menjadi orang yang lebih baik bukan berarti aku tak pernah tidak menyukai seseorang. Tapi semakin aku memikirkan siapa orang yang aku tidak sukai, semakin aku tidak menemukan jawabannya. Rasa tidak suka mungkin muncul sesaat saja, lalu hilang begitu hal lain terjadi. 

Dulu saat aku tidak menyukai seseorang, semua yang ia lakukan tampak buruk atau berlebihan di mataku. Tidak adil memang, apalagi kalau orang yang tidak kusukai tidak terlalu kukenal. Aku hanya menilainya sepihak, sepintas, tanpa tahu bagaimana sifat mereka yang sebenarnya. 

Lalu suatu hari aku menyadarinya. Aku menilai seseorang sedikit buruk, melihat kelebihan yang ia punya sebagai sesuatu yang tak pantas untuk ia manfaatkan. Lama setelah berpikiran seperti itu, ternyata Yang Maha Kuasa membuktikan kalau dia tak seburuk itu. Masih ada sisi baik yang ia tunjukkan kepadaku saat aku mulai mengenalnya. Dan kejadian sperti ini tak datang sekali. Dan hal ini membuatku sadar . . .

Bahwa tak selamanya orang yang buruk di matamu memang nyata buruk. Mungkin memang saat itu aku tidak berusaha melihat sisinya yang lain. 

Sejak saat itu, saat seseorang terlihat buruk di mataku aku berusaha mencari seribu alasan tentang mengapa sikapnya seperti itu. Aku tahu ini tidak mudah. Aku cuma berusaha tanpa tahu seberapa lapang dadaku sendiri. Kalau memang suatu saat aku tidak bisa mencari alasan itu, mungkin hatiku lagi lelah-lelahnya. 

Doakan saja semoga rencana hatiku bisa berjalan dengan baik dan tidak berakibat buruk bagi kesehatanku.


🎼 Mabataki - Back Number

Thursday 24 August 2017

[Question Diary] Are you happy?

It's been a long time since I write how I feel. Bukan karena tidak ingin menulis, tapi karena keadaan tak beda jauh dengan sebelumnya. Jadi aku rasa tak ada yang bisa diceritakan.

Mungkin sekarang aku akan lebih aktif lagi menulis.

Judul postingan kali ini memang Question Diary. Tapi ini bukan personal diary. Ini cuma semacam jawaban dari pertanyaan yang kurasakan setiap harinya. Bukan aku yang menentukan pertanyaannya. Semua pertanyaan asalnya dari Question Diary.

Pertanyaannya random. Tugasku cuma menjawabnya. Mungkin jawabanku hari ini dan setahun yang akan datang berbeda. Atau bahkan apa yang aku pikirkan hari ini dan esok pagi sudah tak lagi sejalan. Mungkin juga yang terjadi tidak sedramatis apa yang kutulis. Tapi perasaan yang bisa kalian lihat dalam tulisanku real.

Entah kalian percaya atau tidak, mau menghakimi atau bersimpati. It's fine. You don't have to understand me. Just give me a chance to share my feeling.

Are you happy now?

Pertanyaan ini cukup mewakili keadaan seseorang. Pertanyaan ini juga yang terlintas di pikiranku setiap saat. Tiap kali mau melakukan sesuatu pasti terpikir apa aku akan bahagia kalau melakukannya. Apa yang harus aku lakukan supaya aku bisa bahagia ?

Kalau dibilang aku bahagia rasanya tidak juga. Banyak pikiran dan beban yang belum terselesaikan. Atau bahkan belum diselesaikan.

Kalau definisi bahagia itu sama dengan aku bisa makan minum dan tidur nyenyak, mungkin jawabannya adalah iya. Iya, aku bahagia.

Kalau definisi bahagia adalah apa aku merasakan rasa syukur yang dalam di tiap jam menit dan detik , aku rasa aku masih belum sanggup mengatakannya. Karena aku kadang aku masih mengeluh.

Kalau definisi bahagia itu dadaku seakan terasa penuh. Berarti bukan juga. Karena sebagian besar ruang di dadaku rasanya masih kosong.

Siang ini aku malah baru bisa mengakui kalau sebenarnya aku ini begitu kesepian. Jadi aku rasa aku belum bisa mengatakan kalau aku bahagia.

Sisa-sisa kenangan yang lalu masih melekat. Kalau yang kumaksud itu sudah benar-benar pergi, aku rasa jawabanku bisa berubah. Mungkin hatiku tidak sekosong dan sedingin yang sekarang. Dan kata 'aku bahagia' bisa terucap dariku.

Yang terakhir adalah doaku.
Dear Allah, mohon bantu hamba mengisi hati hamba dengan hal-hal yang baik. Bantulah hamba mendapatkan kebahagian dan ketenangan di dunia dan akhirat.

🎼Nanajuu oku no piisu - Motohira Hata

Saturday 15 October 2016

I will

I will laugh often , is something I can promise. Not knowing whether I can fulfil it or not.

Tuesday 19 July 2016

Teman dan 'Teman'

Makhluk hidup di dunia ini begitu beragam. Bahkan manusia pun beragam warnanya, rambutnya, besarnya, sifatnya. Ada mereka yang dekat atau sekedar dekat dengan kita, sedari dulu mereka memanggilnya Teman. Yang kita sebut teman ini juga macam-macam tingkahnya, rupanya, kenangannya. Ada mereka, yang kita sebut teman dan ada yang kita sebut ‘teman’.

Waktu itu dia ada, memanggilmu bahkan di waktu yang tidak tepat dengan singkatnya. Kemudian perlahan mendekatimu, bersikap baik karena menginginkan sesuatu, entah pertolongan atau sebuah pengakuan. Kamu menyambutnya dengan senyuman seakan dirimu dibuat bahagia karena sapaannya. Karena kamu pikir bahwa ternyata dirimu masih berguna dan dibutuhkan.  Kamu bilang akan kamu pertimbangkan untuk menolong. Dalam hatimu, kamu selalu berkata iya. Dia terlihat begitu bahagia mendengar ‘iya’mu. Dan saat semua usai,  ia pergi setelah teks ‘terima kasih’ dibumbui emotikon senyum lebarnya.

Jangan lupa dengan temanmu yang bukan 'teman'. Dia membutuhkanmu dengan senyuman yang selalu terpancar di wajahnya. Tipikal teman yang selalu bisa datang menolong semua orang. Dan dia tak melupakanmu , dia datang kala itu saat kamu membutuhkan seorang teman. Dia yang lari mendekatimu saat kamu berkata 'tolong'. Dia dan beberapa teman lain yang masih mendengarkan leluconmu, kamu begitu menghargai mereka. Seorang teman yang  entah sampai kapan bakal kamu miliki.

Kamu tertinggal. Ketakutanmu terjadi dengan sadarmu.  Bahwa suatu hari mereka akan menyelesaikan tugasnya dan sibuk dengan urusan mereka masing-masing, lalu kamu sendiri masih enggan melangkah. Kekuranganmu adalah selalu jatuh dalam kekhawatiranmu sendiri. Mereka mengingatkanmu berkali-kali, tapi dirimu selalu menolak tangan mereka. Kamu terlalu egois. Mereka mengkhawatirkanmu tapi kamu malah lari dari mereka. Sebenarnya kamu tidak benar-benar lari, hanya saja temanmu lelah mengingatkanmu sampai mereka tak lagi peduli.

Ini keadaanmu yang paling buruk. Kamu pikir dengan bersikap biasa mereka tetap akan menemanimu. Ya. Beberapa dari mereka masih setia padamu, menganggapmu berarti dengan terus menjaga komunikasi denganmu. Sebagian yang lainnya memilih untuk diam, mungkin mereka takut menyinggungmu. Enggan menghubungimu karena kamu memiliki masalah. Bukankah seharusnya mereka menghiburmu?

Tapi ingat mereka yang lain. Mereka masih ada saat ini , menemanimu saat kamu butuh. Entah karena memang ingin atau karena butuh. Kamu terlalu mensyukurinya, ‘yang penting sekarang masih ada yang mengingatku’. Kamu orangnya pengharap. Selalu mengharapkan sesuatu di akhir walau sekarang ini tak bisa dibilang awal atau tengahnya.

Untuk mereka yang selalu ada untukmu, aku ingin mendoakan yang terbaik untuk mereka. Kelak, kalau mereka sudah tak lagi bisa menemuimu, semoga mereka masih mengingatmu sebagai seorang teman yang baik. Seperti yang sudah trejadi sebelumnya, kamu selalu jadi yang terakhir sampai akhirnya orang lain tak peduli dengan prosesmu itu. Semoga proses yang selanjutnya mereka masih ingat, luar biasa bahagianya nanti dirimu kalau mereka masih bersedia ada di momen itu.

Jangan lupa bahagia :)

Thursday 30 June 2016

Orange [Takano Ichigo] , Tearjerking Manga

Kalau memungkinkan untuk mengirim pesan pada dirimu di masa lalu, apa kamu akan mengirimkannya?
Memperbaiki kesalahan yang pernah terjadi agar tak ada penyesalan yang tersisa pada dirimu di masa kini.
Melakukan kembali hal-hal yang kamu rindukan di masa kini.
Seandainya hal itu benar-benar bisa kulakukan, apa aku akan melakukannya?

Dear 30 years old me, is that what you really want??

Beberapa hari yang lalu , Takano Ichigo memperkenalkanku pada sesuatu yang sudah sering kulihat, sesuatu tentang time machine, Orange judulnya. Manga yang kubaca pagi itu masih memberiku mimpi setiap malam. Mimpi yang akan tetap jadi mimpi atau malah berubah menjadi sebuah impian. Impian untuk bisa mengulang masa lalu untuk tak mengatakan sesuatu, untuk tak melakukan sesuatu, melakukan hal yang tak pernah kulakukan, membuka diri sedari dulu, untuk tak bertemu dengan seseorang, atau memutuskan untuk menemui seseorang. Jika memang hal menakjubkan itu bisa terjadi, apa aku masih menjadi aku yang sekarang? Apa orang yang tadinya tak ada disini bisa berubah menjadi ada disini? Apa orang yang dulu selalu ada disisi akan pergi dari sisiku? Bagaimana dengan teman dan keluargaku, apa masih bisa seperti sekarang? Memikirkannya saja membuatku tak tahu harus berbuat apa. Aku paham bahwa ini hanya angan. Sekalipun benar terjadi pikiranku tak mungkin serumit sekarang, atau malah lebih kacau. Entahlah. Tapi memikirkannya juga membuatku ingin benar-benar kembali ke masa lalu tapi juga masih erat memegang masa kini yang telah kulalui, enggan untuk melepasnya. Jika parallel world yang Tuan Takano bicarakab benar adanya, ke parallel world mana aku akan pergi? Bagaimana dengan diriku yang telah kutinggalkan? Tetap seperti itukah atau ia bisa merasakan diriku di dunia baruku?

Untuk sekelompok orang yang memiliki penyesalan yang sama, mereka beruntung. Naho, Suwa, Hagita, Azu, Taka-chan, mereka beruntung bisa memperbaikinya, membawa Kakeru hidup kembali meski tak bisa merasakannya di dunia yang mereka tinggali. Hanya saja, mungkin melegakan bisa memperbaikinya, membawa senyum Kakeru di sisi mereka. Tuan Takano memang bisa membawa orang lain masuk dalam kehidupan mereka. Saat membaca Orange, aku rasa aku adalah salah satu dari mereka, terutama Naho. Naho adalah gambaran diriku di masa lalu. Aku yang selalu menerima apa yang orang lain katakan, aku yang tak pernah bisa menyampaikan angan-anganku, aku yang tak tahu bagaimana caranya bersenang-senang.

Naho.  Mengetahui seseorang menyukaimu di saat ia telah tiada bukanlah hal yang menyenangkan, terlebih kalau dirimu juga memiliki rasa yang sama. Memiliki penyesalan karena tak pernah terbuka sedari dulu dan baru menyadarinya sepuluh tahun dari sekarang.  Melihat mereka tertawa begitu bahagia saat masih bersama membuatku iri akan kebersamaan itu. Tapi melihat mereka sepuluh tahun kemudian membuatku kesal.
Kakeru. Kenapa harus seperti itu, kenapa Kakeru harus pergi, membuatku membenci kisah dengan ending yang menyedihkan. Memutuskan untuk mengakhiri hidup seperti Kakeru, aku tak akan bilang bahwa itu tindakan seorang pengecut. Kakeru yang melakukannya, bukan aku, aku mana tahu rasanya punya penyesalan begitu besar. Mungkin yang ia lakukan karena begitu menyesal dan tak bisa mengatakan rasa sayang pada ibunya.
Tuan Takano mengajarkan beberapa hal dengan manganya yang tearjerking ini. Bahwa penyesalan akan terus menghantu hidupmu di masa yang akan datang. Klisenya orang akan berkata untuk berusaha hidup agar tak menyesal. Tapi hal itu tak mungkin, penyesalan bukan sesuatu yang kita rencanakan. Itu terjadi begitu saja karena pilihan yang kita ambil. So.. mungkin kalau penyesalan itu akan datang menghampiri, yang bisa kulakukan hanya menebusnya di masa depan, meski bukan pada orang yang sama, mungkin aku bisa menebusnya pada orang lain.

Dear 30 years old me, apa tidak apa aku melakukan apa yang aku lakukan saat ini? Menyesalkah kamu padaku? Apa yang seharusnya tak aku lakukan agar kamu tak mengirimiku pesan nanti? Aku harap pesanmu tak sampai padaku, karena aku ingin melihatmu dengan diriku yang sekarang ini. Take care of my 30 years old for me.


Picture from Devianart.com by seunghana

Wednesday 1 June 2016

22

June 1st. Two months to my 23rd birthday. I dont know if it's mean something or not. My 22 is Taylor Swift's song which is consist of confused, lonely and miserable thing , without happiness and magical story. There's a lot of crying in my bed time. Even in daytime I did too. In several months after my birthday is the worst. Being alone doesnt help me like it used to , moreover it makes me think unbelieveble thing that turn me into bad person. Snap at something  people said or have that envious feeling at anything my sister or my friend have.
Sally, my guitar , become my best companion. She wipe my tears everytime I end up crying while singing the song. It get better this past few months. Have a great time with friends help me a lot. It's decreased my depression as long as the sensitif topic didn't coming out. I'm being so skillfull at lying and it's so hard to tell the truth. The good thing is I tried to opened up about my problems for the first time in my lifetime.
I said 'It's so hard to find happiness nowadays'. And they asked me 'what happened with you to say something like that?' I just laugh and said 'nothing'. I barely know what's going on , how can I tell people what happened.
I'm not good enough to say I'm fine now. Yes I still cry from time to time but not as much as that time. I want to be me who cries at tearjerking movie , not from something barely happened in my life.
It's merely a confession of my unclear  issue and a way to thanks a friend who understand me and still believe in me,  even when I'm not being trustworthy to myself.
Please be with me even when I'm not in my good state. And I'm sorry for being a liar.

P.S. It's not written for specific someone. it's for anyone who read this stupid yet meaningful (for me) thing.