Seperti kupu-kupu yang hinggap pada bunga berwarna kuning itu, apa itu sebuah kebetulan, atau si kupu-kupu berpikir ratusan kali untuk memilih bunga yang akan ia jadikan teman jalani hidupnya kala itu. Bukankah indah kalau pilihanmya merupakan takdir?
Seperti Titan yang mengelilingi Planet Saturnus, apakah sebuah kebetulan kalau mereka bisa hidup berdampingan sepanjang masa sampai detik ini? Bukankah mereka pasangan yang ditakdirkan dengan begitu indah?
Seperti lautan yang seberapapun luasnya, ada saat dimana tiap deburannya sampai di suatu tempat. Kebetulankah saat mereka berlabuh di pantai, menerjang tebing, atau bahkan membeku di ujung bumi yang tak sering kita saksikan? Bukankah pertemuan mereka bisa kita sebut takdir yang indah?
Seperti alunan musik pada seruling. Apa musik yang terbentuk merupakan sebuah kebetulan? Bukankah ada banyak hal rumit yang terjadi di dalamnya yang bukan sekedar kebetulan. Takdir yang indah antara udara dan kayu berlubang itu. Indah bukan?
Seperti itu juga denganku. Tak sadar akan kebetulan apa yang akan terjadi padaku dan dirimu, aku harap itu takdir yang indah. Bukankah kebetulan adalah takdir terindah?
Terima kasih untuk yang datang dalam hidupku, terlebih yang memilih singgah untuk menemaniku
Friday 5 December 2014
Bukankah Kebetulan Adalah Takdir Terindah?
Monday 10 November 2014
Hanya ingin menulis. Itu saja.
I dont know.
Haruskah aku menyesal, atau malah bersyukur.
Terima kasih karena sudah selalu mengingatkan.
Maaf karena selalu meremehkan.
Iya, ini salahku.
Benar.
Memang benar kalau aku selalu salah.
Di manapun juga begitu.
Satu-satunya waktu dimana aku benar adalah saat aku tak melakukan apa-apa.
Itulah yang terjadi.
Yang terjadi seandainya aku ada.
Yang bisa dihindari seandainya aku tak ada.
Dan seharrusnya aku tak ada.
Ya.
Lebih baik begitu.
Itulah kenapa tiap orang merasa kesepian, tiap kali ia sadar tak diinginkan.
Tak usah mengasihani.
Saat paling menyebalkan adalah saat orang lain mengasihani dirimu bukan?
Maaf kalau terlalu berlebihan. Hanya ingin sedikit menulis. Itu saja.
Monday 29 September 2014
Sunday 28 September 2014
To you Dad
Beberapa hari yang lalu seorang teman menyatakan simpatinya padaku betapa malang nasib temanku yang lain karena begitu merindukan ayahnya yang belum lama ini meninggalkan dunia. Lalu temanku bertanya apa aku juga begitu dulu, saat hal yang sama terjadi padaku. Saat itu aku sadar kalau aku tak begitu merasakan duka yang dalam dulu saat ayah pergi. Yang kuingat, aku tak langsung menangis saat pulang ke rumah. Tak tau apa yang merasuki pikiranku aku hanya melewati kamar ayahku dan berjalan ke belakang untuk ambil air wudhu karena kebetulan belum melaksanakan sholat ashar. Selesai sholat ashar barulah aku menangis di kamarku. Orang normal mungkin langsung menangis setibanya di rumah yang penuh dengan orang yang berduka. Mungkin karena diriku termasuk orang yang terlalu dingin, terlebih untuk menangis di depan banyak orang. Mungkin juga karena aku sudah berduka, jauh sebelum hari itu tiba. Itu juga yang kukatakan pada temanku yang bertanya tadi, "karena aku termasuk orang yang berduka jauh sebelum hal tak terduga terjadi".
Apa yang aku pikirkan saat itu, yang aku lakukan saat itu, apa yang akan terjadi setelah itu, aku sudah lupa.
Pertanyaan sesingkat itu membuat ingatan akan masa masa itu kembali terulang di pikiran. Ya. Aku rindu ayah, sangat rindu malah. Entah saat itu, kemarin, sekarang, besok, dan kujamin sampai kapan pun. Tak terbayangkan kalau pernikahanku suatu hari nanti tak akan pernah dihadiri olehnya, tak disaksikannya. Sangat disayangkan.
Bukan karena aku orang yang dingin lalu aku menuliskan semua ini tanpa perasaan. Tidak. Tidak sama sekali. Aku menangis menuliskan semua ini.
Dan malam ini aku rindu sejadi-jadinya, padamu, ayah. Rindu ingin bertemu.
Siapa yang membuatku seperti ini kalau bukan dirimu.
Siapa yang ajarkan aku bermain kalau bukan dirimu.
Menuntunku menjadi pribadi yang kuat seperti ini.
Masih ingat dulu saat kita bermain kartu bersama.. sampai aku mahir memainkan kartu padahal anak anak lain tak begitu bisa memainkannya
Terima kasih untuk segalanya.. Ya. Segalanya. Karena banyak yang telah ayah berikan dulu, sekarang, maupun nanti.
Jaga dia Ya Allah :)
Tuesday 9 September 2014
Counting Stars
Counting Stars.
Sebuah judul yang rasanya kurang cocok untuk kutulis siang ini. Ya, siang!! Matahari masih terlalu tinggi untuk menghitung bintang.
Girl: Lalu kenapa kamu buat judul tak masuk akal begitu?
Me: karena aku sedang bermimpi dan tak ingin bangun dari tidurku.
Girl: kalau begitu bangunlah, hari masih panjang
me: aku tak mau. Biarkan aku tidur sampai semua masalahku selesai
girl: selesai? Dengan sendirinya? Kau gila.
Me: ya.. anggap saja aku benar gila hingga orang malas berurusan denganku hari ini
Girl: terserah kau sajalah
*dialog aneh siang ini
*diposting saat lagu yang kuputar Wake me up by Ed Sheeran
Wednesday 3 September 2014
Satu...Lima
Seharusnya di saat saat seperti ini inspirasi banyak mengalir. Kalau bukan karena terlalu bahagia ya karena terlalu sedih. Kalau bukan karena banyaknya hal yang dipikirkan, ya karena tak ada lagi hal yang harus dipikirkan. Untukku kali ini, karena terlalu banyaknya hal yang harus kupikirkan.
Kali ini aku ditemani Long Live milik Taylor Swift, duduk di antara teman teman magang. Tak jauh berbeda dengan hari - hari sebelumnya. Saat ini pun aku tak tahu harus mnulis apa. Bagaimana kalau tentang yang kupikirkan saja? Bukan hanya hari ini saja, tapi juga hari - hari kemarin.
Satu
tentang diriku yang masih belum bisa berubah meski nasihat datang dari berbagai arah
Dua
Tentang mereka, temanku, yang tak henti -hentinya disibukkan dengan drama percintaan di hidup mereka
Tiga
Tentang mereka yang lain, temanku juga, yang kukira belum bisa menerima siapa aku
Empat
Tentang mereka yang lainnya, orang - orang baru di sini, yang kuharap bisa menghargaiku
Lima
Tentangmu, yang belum pernah kutrmui atau malah pernah kutemui (tanpa kuketahui siapa kamu nantinya) , aku masih menunggu
Waktu kukatakan ingin kuakhiri di sini, lagu yang kuputar adalah Coldplay -Viva la Vida.
Terima kasih untuk tiap musik yang mengiringi hari - hariku
See ya ~
Thursday 7 August 2014
Must be Okay
'Oh my.. i see you there.I'm okay.'
The second, three weeks ago, different day.
'Why you only talk to her? But I'm okay.'
The third, four hours ago.
'I see it again and again. I'm broken.'
Wednesday 23 July 2014
:)
Tuesday 22 July 2014
The Fault in Our Stars
The Fault in Our Stars.
Gus's letter to Van Houten |
What a tearjerking novel..
Happy Reading :)
PS:
Kalau kalian tanya aku menangis atau tidak, jawabnya adalah iya. Tak terhitung berapa banyaknya. Sekarang aku masih mencari Hazel, Gus dan saudara mereka, Cancer yang bisa memberiku ekspresi terbaiknya. Sebuah film yang masih belum kutemukan di sini. Dan masih berharap bisa menemukan versi terjemahan bahasa Indonesianya. See ya :)
Tuesday 24 June 2014
Apa yang Kulihat Hari Ini
Berapa banyak orang yang kamu benci hanya karena mereka lebih segalanya darimu? Berapa banyak kamu menghindari orang lain karena sikapmu yang terlampau pemalu itu? Berapa kali harus kukatakan untuk berhenti bersikap menyedihkan seperti itu?
Kita yang hidup tercipta begitu berbeda. Yang satu merasa begitu tinggi, dan satu yang lain merasa begitu rendah. Itu yang kulihat hari ini...
Berhenti di sini
untuk seorang yang terlihat tenang , kamu cukup pemalu
untuk orang yang pintar, kamu terlihat cukup bodoh kali ini
untuk orang yang introvert, kamu cukup sering berkata-kata
untuk orang yang bercita-cita tinggi, tidakkah sikapmu terlalu santai?
untuk orang yang ingin menjadi orang baik, kata-katamu cukup menyakitkan
untuk orang yang terlihat tegar, air matamu tak pernah cukup untuk membuktikannya
untuk orang yang tak ingin menghakimi, tulisanmu lebih dari cukup untuk menyatakan sebaliknya
Thursday 29 May 2014
Remember When...
Tuesday 22 April 2014
Beberapa Hal..
beberapa hal bisa buatku termenung
beberapa hal bisa buatku marah
beberapa hal bisa buatku menangis
Kamu lihat?
sekarang ...
Sekali lagi ini bukan salahmu.
Mencoba untuk bisa menghilangkan satu macam rasa ini
Tuesday 25 March 2014
Saturday 15 March 2014
Rahasianya
Untukmu, yang tak peduli seorang seperti apa dirinya,
Wednesday 5 March 2014
Waktu...
Wednesday 26 February 2014
Tak bisakah Dua menjadi Satu?
Karena orang yang melukai diri sendiri lebih banyak ketimbang yang membantu orang lain
Karena orang yang menyayangi dirinya sendiri lebih banyak ketimbang yang menyayangi keluarganya
Karena orang yang rela lari lebih banyak ketimbang yang rela berkorban
Karena orang yang menangis karena patah hati lebih banyak ketimbang yang menangis karena hal lain
Karena orang yang saling iri dan benci lebih banyak ketimbang yang saling dukung dan sayang
Karena orang yang bahgaia karena uang lebih banyak ketimbang yang bahagia karena kasih sayang
Karena orang yang terluka karena 'kata-kata' lebih banyak ketimbang yang terbuai olehnya
Karena orang yang mudah salah paham lebih banyak ketimbang yang mau memahami
Karena orang yang menyesal lebih banyak ketimbang yang puas
Karena dunia itu sempit, atau karena dunia itu luas,
rumit, atau sederhana
singkat, atau panjang
tidak bisakah kita hidup dalam satu warna? warna yang indah saja, warna yang tidak membuat orang takut menatap hal yang mereka anggap sebuah 'kesalahan', 'penyesalan, 'ketidakadilan'.