Wednesday 23 July 2014

:)

When you have a pride not to cry,  but deep inside you can't hold it anymore. Try to watch a sad movie so you can cry by blaming the movie. It never break your pride right? It's what I always do. Trust me it works. :D

Tuesday 22 July 2014

The Fault in Our Stars

Sedang sibuk beradu dengan batin sendiri selama beberapa hari ini. Sedikit merasa tertekan akan beberapa hal yang datang silih berganti, meski masalahnya tak jauh berbeda dengan yang dulu. Masih tentang kekurangan diri sendiri. Dan pada akhirnya bisa mengalahkan rasa malas untuk kembali menulis.

The Fault in Our Stars.
Buku luar biasa yang kubaca beberapa minggu yang lalu tapi baru sempat mereview kali ini. Sampai sekarang pun masih belum bisa move on dari novel ini. Novel yang berkisah tentang Hazel Grace Lancaster, seorang pasien kanker yang harus memakai tabung oksigen kemanapun ia pergi. Ia bertemu dan jatuh cinta dengan Augustus Waters yang kehilangan salah satu kakinya karena kanker di Cancer Support Group.
Melihat sedikit sinopsisnya saja sudah bisa diduga kalau novel ini tak akan berakhir dengan 'happily ever after'. Ya!! Ini bukan kisah dengan akhir bahagia karena mereka lahir dengan keadaan yang kurang beruntung. Awalnya waktu kubaca , kukira mereka akan memberi kesan bahwa life is not fair. Tidak. Nyatanya yang kulihat tak begitu. Mereka luar biasa.
Hazel Grace begitu cerdas, as lovely as a day in June sedangkan Augustus atau Gus memiliki energi positif di setiap harinya.
Tau apa yang aku suka dari mereka?
Saat Gus memanggil nama Hazel, ia selalu mengucapkan nama lengkapnya, Hi, Hazel Grace!
Saat mereka memutuskan , maybe 'Okay' will be our 'always'
Saat mereka berdebat tentang An Imperial Affliction ataupun The Price of Dawn
Saat sedih mereka,
Saat Hazel memutuskan untuk tetap di sisi Gus walau ia kembali memerangi kanker
Saat Gus meminta Hazel dan Isaac menuliskan eulogy  agar ia tahu apa yang akan orang terkasihnya katakan di pemakamannya nanti (the most tearjerking scene)
Saat terakhir kali mereka mengatakan 'Okay'
Saat Hazel tau bahwa Gus menuliskan ending cerita An Imperial Affliction untuknya
Saat Hazel membacanya (the second favorite scene)



Gus's letter to Van Houten




What a tearjerking novel..

Happy Reading :)

PS:

Kalau kalian tanya aku menangis atau tidak, jawabnya adalah iya. Tak terhitung berapa banyaknya. Sekarang aku masih mencari Hazel, Gus dan saudara mereka, Cancer yang bisa memberiku ekspresi terbaiknya. Sebuah film yang masih belum kutemukan di sini. Dan masih berharap bisa menemukan versi terjemahan bahasa Indonesianya. See ya :)