Cerita ini aku buat waktu dengerin lagunya Younha-Houki Boshi
Meski ceritanya sederhana, tapi semoga bisa ngasih kita inspirasi
Cahaya Komet Untuk Kakak
Saat
 itu, Ria berumur 8 tahun sedangkan kakaknya, Rio berumur 16 tahun. 
Setiap saat mereka slalu bersama. Tertawa bersama, menangis bersama, 
bermain bersama.
Suatu malam, mereka berdua duduk di atap 
memandang langit malam bertabur bintang. Melewati malam itu berdua 
membuat hari-hari Ria semakin sempurna. Meski sejak awal ia tahu kalau 
Rio bukanlah kakak kandungnya, tapi ia tetap menganggapnya sebagai kakak
 kandungnya sendiri.
Tampak di langit sebuah komet yang jatuh 
menghiasi malam. Rio tersenyum melihat keindahan itu. Ria terheran 
melihat kakaknya yang tersenyum sendiri itu.
“Kakak kenapa tersenyum?”tanya Ria
“Betapa
 mengagumkannya komet itu. Betapa jauh ia kalau dilihat dari sini, tapi 
cahayanya bisa menembus gelapnya malam. Jika suatu saat aku bisa menjadi
 komet,
Aku akan slalu menumpahkan cahaya di langit. Jadi, kalau kamu
 melihat langit malam saat kamu sedih, aku ingin memberi kilauan cahaya 
agar kamu mau tersenyum
”jawab Rio
Ria yang mendengar perkataan kakaknya itu juga ikut tersenyum dan ia mulai merasakan apa yang Kakaknya rasakan.
Keesokan
 harinya, saat pulang sekolah hujan datang. Hujan tak kunjung berhenti 
sampai menjelang malam. Ria termenung di tepi jendela menatap jatuhnya 
air hujan.
Rio datang menghampirinya.
“Kenapa murung?”tanya Rio
“Kapan hujannya berhenti? Kita jadi tidak bisa melihat langit malam bersama. Aku benci hujan!” sahut Ria
Rio tersenyum. “Bagaimanapun juga, setelah hujan datang, langit malam akan dihiasi bintang dengan indahnya.”
Memikirkan hal itu, Ria kembali ceria.
Malam pun datang dan mereka bisa memandang langit bersama lagi.
Waktu yang berjalan memudarkan segala kebahagiaan yang ada.
Ria
 dan Rio bergurau saat perjalanan pulang sekolah. Saat itu, Ria melihat 
penjual mainan di seberang jalan yang menjual jam pasir. Sejak dulu Ria 
ingin sekali memiliki jam pasir. Rio yang sangat tau keinginan adiknya 
itupun menyeberangi jalan dan membelikan satu jam pasir untuk Ria. Saat 
Rio hendak menyeberang jalan kembali ke Ria, sebuah mobil 
menghantamnya. Ria tak kuasa menahan air matanya. Ia berteriak memanggil
 nama kakaknya itu. Ia kehilangan kakak tercintanya.
***
Hari-
 hari Ria lewati tanpa senyum kakaknya lagi. Sekarang ia hanya sendiri. 
Sendiri menatap langit, membayangkan wajah kakaknya di hamparan luas 
langit. Tak hanya sekali ia meneteskan air matanya melihat komet yang 
jatuh di kala ia mengenang kakaknya. Ia ingat semua kata-kata yang 
pernah Rio katakan bahwa Rio akan slalu membuat Ria tersenyum dengan 
cahaya yang ia miliki.
Betapa baiknya Rio sebagai seorang kakak. Ria 
tak pernah bisa melupakannya. Ria membayangkan kakanya tersenyum di 
atasa sana, dan Ria berjanji jika ia bisa menjadi komet, ia akan 
menyinari kehadiran kakaknya dan slalu berada di sisinya. Ria tersenyum 
dengan meneteskan air mata terakhir yang ia keluarkan.
